Kebudayaan 1

1. Dewi Sri

Dewi Sri dalam masyarakat Jawa Tengah adalah cerita Sri Sedana. Sedana berasal dari bahasa Sanskerta, Sadhana yang merupakan nama lain dari Wisnu. Dalam cerita Sri Sedana, Dewi Sri sang istri Batara Wisnu mendapat tugas untuk mengajarkan kepada manusia cara bercocok tanam. Ia turun ke Bumi menjadi putri raja Medang Kamulan dengan nama Sri dan mempunyai saudara laki-laki bernama Sedana. Sedana diusir dari istana dan dikutuk menjadi ular karena menolak untuk menikah. Sri sangat sedih dan pergi dari istana untuk mencari saudaranya. Dalam perjalanannya, Sri diganggu oleh raksasa yang bernama Kala Srenggi (Kala Gumarang) yang kemudian dikutuk oleh Sri menjadi babi hutan. Kala Srenggi masih terus mengejar Sri meskipun telah berbentuk babi hutan, sehingga Sri meminta pertolongan kepada Batara Guru. Batara Guru kemudian mencabut nyawa Sri dan tubuhnya masuk ke dalam tanah. Di tempat menghilangnya tubuh Sri tersebut, tumbuh tanaman padi. Kala Srenggi si babi hutan tahu bahwa padi adalah tubuh Sri, maka ia selalu merusaknya. Sebagai saudara, Sedana dalam wujud ular selalu melindungi padi dengan membunuh babi hutan yang mengganggu tanaman padi.

Sumber : https://www.detik.com

2. Batik Sidomukti

Sidomukti merupakan motif batik khas dari keraton. Sesuai dengan namanya Sidomukti yaitu sejahtera dan mulia, diharapkan orang yang memakai batik ini dapat mencapai kebahagiaan, kesejahteraan lahir batin, dan selalu berkecukupan. Motif batik yang berwarna soga ini, biasanya digunakan untuk acara pernikahan adat Jawa yang sakral seperti siraman, ijab, dan lain-lain. Sebagai informasi, batik yang berawalan dengan kata Sido memiliki arti sebagai bentuk pengharapan agar cita-cita dan doa dapat terkabul. Kegunaan batik Sidomukti adalah dalam upacara perkawinan adat Jawa, yakni digunakan pada tahap siraman, midodareni, ijab, dan panggih. Motif batik sidomukti Yogyakarta mempunyai makna filosofis yang sangat dalam. Makna tersebut menunjukkan kedalaman pemahaman terhadap kearifan budaya lokal.

Sumber : http://103.150.169.52/jenis/1/ekspresi-budaya-tradisional/29490/motif-batik-sidomukti-daerah-istimewa-yogyakarta

Kebudayaan 2

Rumah Gadang (Minangkabau)

Rumah Adat Gadang adalah nama untuk rumah adat Minangkabau yang merupakan rumah tradisional dan banyak di jumpai di provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Rumah ini juga disebut dengan nama lain oleh masyarakat setempat dengan nama Rumah Bagonjong atau ada juga yang menyebut dengan nama Rumah Baanjuang. Rumah dengan model ini juga banyak dijumpai di sumatra barat, Namun tidak semua kawasan di Minangkabau (darek) yang boleh didirikan rumah adat ini, hanya pada kawasan yang sudah memiliki status sebagai nagari saja Rumah Gadang ini boleh didirikan. Begitu juga pada kawasan yang disebut dengan rantau, rumah adat ini juga dahulunya tidak ada yang didirikan oleh para perantau Minangkabau.

Sumber : www.helpshared.com

Joglo Bangsal Kencana (Yogyakarta)

Rumah Adat Bangsal Kencono adalah rumah tradisional berbentuk Joglo dan merupakan rumah adat khas Kerajaan Mataram atau Keraton Yogyakarta Bangsal Kencono merupakan bangunan pendopo yang merupakan rumah adat yang dibangun di kawasan Keraton Yogyakarta Sementara rumah adat joglo sendiri merupakan rumah adat Jawa yang eksis sejak zaman kerajaan. Rumah adat Bangsal Kencono sendiri merupakan rumah adat berbentuk joglo yang memiliki fungsi khusus di Keraton. Di mana rumah adat ini memiliki halaman yang sangat luas, ditumbuhi oleh tanaman, dan beberapa sangkar burung. Di depan Bangsal Kencono akan terdapat dua patung batu Gupolo, dua raksasa yang memegang gada sejenis alat pemukul.

Sumber : www.helpshared.com

Filosofi Rumah Honai (Papua)

Rumah Adat Honai adalah rumah Adat Papua pada khususnya di Bagian Pegunungan. Papua terkenal dengan budayanya yang berakena ragam dan bahkan sebagaian dari masyarakatnya masih memegang kuat kebudayaannya. Ada satu hal yang perlu kita ketahui tentang papua yaitu mengenai rumah adatnya. Honai merupakan rumah mungil yang unik dengan bentuk seperti jamur. Ya, rumah ini memiliki bentuk dasar lingkaran dengan rangka kayu berdinding anyaman dengan atap kerucut yang terbuat dari jerami. Tingginya hanya 2,5 meter yang jika dilihat dari udara terlihat seperti jamur berwarna cokelat kehitaman berjajar di sepanjang lembah.

Sumber : www.helpshared.com

Rumah Tongkonan (Sulawesi Selatan)

Rumah Adat Tongkonan adalah rumah adat masyarakat Toraja. Atapnya melengkung menyerupai perahu, terdiri atas susunan bambu (saat ini sebagian tongkonan menggunakan atap seng). Di bagian depan terdapat deretan tanduk kerbau. Bagian dalam ruangan dijadikan tempat tidur dan dapur. Berasal dari kata tongkon (artinya duduk bersama-sama). Tongkonan dibagi berdasarkan tingkatan atau peran dalam masyarakat (strata sosial Masyarakat Toraja). Di depan Tongkonan terdapat lumbung padi, yang disebut "alang". Tiang-tiang lumbung padi ini dibuat dari batang pohon palem (banga). Saat ini sebagian sudah dicor. Di bagian depan lumbung terdapat berbagai ukiran, antara lain bergambar ayam dan matahari (disebut pa'bare' allo), yang merupakan simbol untuk menyelesaikan perkara.

Sumber : www.helpshared.com

Filosofi Rumah Candi Bentar (Bali)

Rumah Adat Gapura Candi Bentar adalah bangunan gapura yang menjadi gerbang rumah-rumah adat Bali. Gapura tersebut terdiri dari dua buah candi yang serupa dan sebangun dan membatasi sisi kiri dan sisi kanan pintu masuk ke pekarangan rumah. Gapura-gapura tersebut tidak memiliki atap penghubung pada bagian atasnya sehingga kedua sisinya terpisah sempurna, dan hanya terhubung di baagian dalam olehk-anak tangga yang menjadi jalan masuk. Gapura Candi Bentar dalam arsitektur Bali merupakan sebuah perwujudan bangunan yang berfungsi untuk masuk-keluar dari satu sisi ke sisi lainnya (dari luar ke dalam dan atau sebaliknya). Pada awalnya ketika arsitektur Bali masih sesuai dengan keadaan pada masa kerajaan, Gapura Candi Bentar hanya dibangun di lingkungan Puri (Istana Raja) dan Pura (tempat suci agama Hindu). Tidak ditemukan adanya Candi Bentar di perumahan masyarakat kebanyakan.

Sumber : www.helpshared.com

Filosofi Rumah Tambi (Sulawesi Tengah)

Rumah Adat Tambi adalah rumah adat atau rumah tradisional dari provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Rumah adat ini berbentuk panggung yang atapnya sekaligus berguna sebagai dinding. Rumah Tambi merupakan rumah bagi suku Kaili dan suku Lore yang umumnya merupakan rumah penduduk setempat serta beberapa wilayah di Sulawesi Tengah menjadikan rumah ini sebagai rumah bagi kepala adat. Yang membedakannya adalah jumlah anak tangga untuk menaiki rumah, di mana rumah Tambi yang digunakan sebagai rumah kepala adat jumlah anak tangganya ganjil, sedangkan untuk penduduk biasa anak tangganya berjumlah genap. Alas rumahnya terdiri dari balok-balok yang disusun, sedangkan pondasinya terdiri dari batu alam. Tangga untuk naik tersebut terbuat dari daun rumbia atau daun bambu yang dibelah dua.

Sumber : www.helpshared.com

Garis Imajiner Yogyakarta

Keraton Yogyakarta menjadi pusat konsep tata ruang di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tata ruang daerah ini memiliki keistimewaan berupa garis lurus imajiner filosofis yang terbentang dari Gunung Merapi, Kraton, hingga laut selatan. Garis imajiner, Yogyakarta juga memiliki sumbu filosofis yakni Tugu, Keraton dan Panggung Krapyak, yang dihubungkan secara nyata berupa jalan. Sumbu filosofis itu melambangkan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan sesama manusia, serta manusia dengan alam. Panggung Krapyak ke utara hingga Kraton melambangkan manusia dari lahir, bayi, beranjak dewasa, berumah tangga hingga melahirkan anak. Sedangkan dari Tugu ke Kraton melambangkan perjalanan manusia kembali ke Sang Pencipta. Tugu Golong Gilig dan Panggung Krapyak juga merupakan simbol Lingga dan Yoni yang melambangkan kesuburan. Dari kesemuanya itu, Keraton Yogyakarta menjadi pusatnya. Keraton Yogyakarta dianggap suci karena diapit enam sungai secara simetris yaitu sungai Code, Gajah Wong, Opak Winongo, Bedhog dan sungai Progo.

Sumber : https://jogja.tribunnews.com